UJOH BILANG – Bupati Mahakam Ulu (Mahulu) Bonifasius Belawan Geh,SH, yang diwakili Asisten Bidang Pemerintah dan Humas (Asisten I) Ir. H Dodit Agus Riyono,MP membuka acara sosialisasi kegiatan penyelamatan badak Sumatera di Mahulu. Yang berlangsung di Balai Adat Ujoh Bilang, Kamis (8/4).
Dalam sambutan tertulisnya, Bupati menyampaikan, pada tahun 2013 species Badak Sumatera di Mahulu tertangkap kamera terakhir di wilayah Kampung Nyeribungan, Kecamatan Laham. Oleh sebab itu, populasi kecil Badak Sumatera diketahui masih ada di Kabupaten Mahulu.
“Maka dari itu, hal ini menjadi perhatian kita bersama. Karena dengan sisa populasi yang ada kita harus melakukan upaya konservasi untuk menyelamatkan Badak Sumatera yang ada dimahulu,” tutur Bupati.
Ia mengatakan, langkah penyelamatan badak Sumatra di mahulu ini harus segera ditangani dengan melakukan langkah konservasi yang tertuang dalam dokumen rencana aksi darurat (RAD), melalui upaya penggabungan badak-badak yang terisolasi dengan menempatkannya kedalam sarana conservation breeding untuk penambahan jumlah individu badak baru yang kelak akan dilepasliarkan kembali ke habitat alaminya. Yakni apabila populasinya sudah viable.
“Saya harap, melalui sosialisasi ini bisa memiliki komitmen yang sama kepada semua pihak yang terkait dalam melaksanakan program penyelamatan Badak Sumatra di Kabupaten Mahulu. Terutama dari ancaman eksploitasi hutan maupun kegiatan lain yang merusak habitat badak,” harapnya.
Bupati tak lupa menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kaltim selaku Narasumber pada sosialisasi kegiatan penyelamatan Badak Sumatra di Kabupaten Mahulu. ”Semoga melalui sosialisasi ini kita bersama-sama dapat fokus pada konservasi, agar populasi badak ini terjaga dan dapat berkembang,” ucap bupati.
Sementara itu, Kepala Resort Konservasi Suaka Badak Kelian Jono Adiputro menjelaskan, kegiatan sosialisasi ini merupakan tindak lanjut dan update kegiatan yang telah dilakukan sebelumnya pada tanggal 23 Mei 2019 yang lalu.
“Jadi memang sebelumnya kita pernah melakukan sosialisasi ini di ruang Bappelitbangda Mahulu. Banyak sekali pertanyaan dan PR yang belum kita jawab. Oleh sebab itu, kita kembali disini untuk mereview kembali hasil sosialisasi yang lalu,” ungkap Jono Adiputro.
Ia menyampaikan, berkaitan dengan deteksi keberadaan badak pada sosialisasi ditahun 2019, saat itu disebutkan, bahwa populasi badak berdasarkan survey jejak diperkirakan sekitar 8-12 ekor, namun ternyata selama 2 tahun ini melakukan survei yang terdeteksi hanya 1 ekor saja.
“Maka dari itu, setelah ini kami mohon izin untuk langsung berangkat ke Kampung Laham guna segera melakukan konservasi. Karena ini sudah situasi yang sangat darurat. Jadi Kami akan langsung turun kemasyarakat dan bertemu dengan petinggi untuk memberikan info,” tutupnya. (HMS12)
Tidak Ada Komentar