Bupati Mahulu Bonifasius Belawan Geh, SH bersama Wali Kota Samarinda Syaharie Ja’ang, SH mengikuti iringan tarian tanda dibukanya Festival Hudoq Cross Border Kabupaten Mahulu Tahun 2019, di Lapangan Kampung Ujoh Bilang, Kamis (24/10), yang didampingi juga oleh Wakil Bupati Mahulu Drs. Y Juan Jenau dan sejumlah Pejabat. by hms8


UJOH BILANG- Melalui tarian hudoq diwariskan satu semangat yakni semangat gotong-royong. Hal tersebut disampaikan Bupati Mahakam Ulu (Mahulu) Bonifasius Belawan Geh, SH saat membuka Festival Hudoq Cross Border Kabupaten Mahulu Tahun 2019, di Lapangan Kampung Ujoh Bilang, Kamis (24/10) sore.

Bupati Mahulu Bonifasius Belawan Geh, SH bersama Wali Kota Samarinda Syaharie Ja’ang, SH memukul Tuvung dan Gong tanda dibukanya Festival Hudoq Cross Border Kabupaten Mahulu Tahun 2019, by hms8.

“Saya berani mengatakan bahwa masyarakat Dayak adalah masyarakat yang menjunjung gotong-royong, karena di mana ada masyarakat Dayak, pasti di situ tumbuh semangat gotong-royong dan semangat kerja sama, saya rasa tidak ada alasan budaya hudoq ini tidak kita lestarikan dan wariskan kepada generasi berikutnya,” ungkap Bupati.

Bupati menambahkan, tradisi hudoq juga mengandung makna lain yaitu, sosial dan ekonomi. Ini merupakan sebuah upaya yang dilakukan warga dan pemerintah setempat, seiring perkembangan zaman yang bermuara pada keinginan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya.

“Namun semua itu tidak dapat kita lakukan secara perorangan, untuk saat sekarang ini alam Mahulu masih terlalu keras untuk dijinakkan kalau kita berkerja sendiri-sendiri, kita harus bergandengan tangan, hal ini kita dapat peroleh melalui kegiatan hudoq seperti ini,” ucap Bupati.

Sementara saat dijumpai beberapa media saat menghadiri festival tersebut, Wali Kota Samarinda Syaharie Ja’ang, SH, menyatakan tarian hudoq ini memiliki makna yang merupakan suatu bentuk rasa syukur setelah kegiatan menugal atau usai menanam padi di ladang.

“Dengan harapan, dilakukannya upacara hudoq ini, hasil dari panen padi nanti dapat berhasil dan melimpah. Karena sebelumnya telah dilakukan ritual hudoq, sehingga dalam proses tumbuhnya padi dapat berjalan dengan baik tanpa ganguan dari roh-roh jahat,” terangnya.

Jaang menegaskan, hudoq ini warisan budaya Mahulu, khususnya suku dayak bahau dan kayan, yang harusnya terus menerus dilestarikan.

“Saya sebagai putra daerah Mahulu bangga memiliki warisan budaya hudoq ini,” tandasnya.(hms8).

Tidak Ada Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *