Digelar Disparpora Mahulu Dalam Rangka Meriahkan Hari Jadi Mahulu Ke- 9
UJOH BILANG – Dalam rangka memeriahkan Rangkaian Hari Jadi Kabupaten Mahakam Ulu (Mahulu) Ke-9 yang jatuh pada tanggal 14 Desember 2022 mendatang, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Mahulu melalui Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga menyelenggarakan Lomba Kuliner Tradisional Khas Mahulu.
Lomba tersebut diselenggarakan Alun-Alun Ujoh Bilang, Sabtu, (10/12/2022). Adapun peserta lomba diikuti oleh utusan 5 kecamatan Se-Kabupaten Mahulu serta perwakilan dari Organisasi Perangkat Daerah (OPD) di Mahulu.
Dalam perlombaan ini, setiap peserta menyuguhkan masakan khas Mahulu seperti Nasi Jagung, Utum Teblaq, Sambal Buaq Uping, Puding Jagung, tagin uvan dan lain-lainnya,
Sebelum dinilai tim juri, Ketua Tim Penggerak (TP) Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Mahulu Yovita Bulan Bonifasius didampingi Ketua Dharma Wanita Persatuan (DWP) Kabupaten Mahakam Ulu (Mahulu) Marite Devung Madang, S.Kep Ners serta Plt. Kadis Kesehatan P2KB dr. Petronela Tugan, M.Kes., berkesempatan melihat dan mencicipi hidangan masakan dari peserta yang dilombakan.
Pada kesempatan tersebut Ketua TP-PKK Mahulu mendorong kepada peserta untuk meningkatkan kreatifitas dalam mengolah makanan khas Mahulu serta berharap untuk selalu memelihara budaya kuliner yang telah diwariskan oleh nenek moyang.
“Mari kita terus kembangkan, yaitu dengan bagaimana cara kita saat pagelaran kuliner khas kabupaten, ini bisa menjadi oleh-oleh (buah tangan) dan bisa bertahan lama dengan penggunaan bahan pengawet alami, dan ini menjadi warisan kedepan siapapun yang menggantikan kita akan selalu meneruskan kuliner-kuliner ini kalau bisa sampai tingkat internasional” ucap Ketua TP. PKK Mahulu
Selanjutnya Ketua TP-PKK juga menyampaikan harapannya agar tetap menggunakan bahan-bahan lokal yang ditanam sendiri, untuk mengolah kuliner khas Mahulu.
“Dalam perlombaan ini, kebutuhan bahan-bahan lokal Mahakam Ulu juga harus dipenuhi oleh peserta, sebagai contoh seperti di stan kecamatan Long Apari, itu semua bahan lokal yang digunakan adalah hasil dari proses tanam yang diajarkan oleh nenek moyang kita, hal itu yang harus digalakkan oleh dinas ketahanan pangan dan pertanian untuk dapat dibudidayakan kembali” harap Ibu Yovita Bulan Bonifasius.
Adapun yang menjadi penilaian juri dalam perlombaan adalah kebersihan, tekstur, kerapian serta rasa dan tidak kalah pentingnya nilai gizi dalam setiap olahan perlombaan peserta. (Prokopim/nha/td)
Tidak Ada Komentar